Meningkatkan Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Laut Perairan Indonesia.
Seperti
yang kita ketahui, potensi sumberdaya laut Indonesia sangat melimpah. Namun
demikian, potensi tersebut belum mampu memberikan kesejahteraan yang memadai
bagi seluruh masyarakat Indonesia terutama para nelayan sebagai pelaku utama
dalam pemanfaatan sumberday hayati laut. Dalam konteks pemanfaatan untuk tujuan
pembangunan nasional terdapat tiga wilayah perairan laut di Indonesia yang
belum dimanfaatkan secara baik, yaitu perairan ZEEI, Perairan Kawasan Timur
Indonesia dan Wilayah perbatasan.
Berbeda
dengan Kawasan Barat Indonesia (KBI), Kawasan Timur Indonesia (KTI) didominasi
oleh laut.
Menurut
saya, dari sudut potensi perikanan Kawasan Barat Indonesia (KBI), kecuali laut
Cina Selatan, telah mengalami eksploitasi penuh seperti yang telah terjadi di
Selat Malaka dan laut Jawa, sedangkan di perairan Kawasan Timur Indonesia
(KTI), umumnya masih underexploited. Potensi lestari
sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang
tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan ZEEI (Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia), yang terbagi dalam sembilan wilayah
perairan utama Indonesia. Dari seluruh potensi sumberdaya ikan tersebut, jumlah
tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 5,12 juta ton per tahun atau sekitar
80 persen dari potensi lestari, dan sudah dimanfaatkan sebesar 4,7 juta ton
pada tahun 2004 atau 91.8% dari JTB. Sedangkan dari sisi diversivitas, dari
sekitar 28.400 jenis ikan yang ada di dunia, yang ditemukan di perairan
Indonesia lebih dari 25.000 jenis.
Di samping itu terdapat potensi pengembangan untuk perikanan tangkap di perairan umum seluas 54 juta ha dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun, budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia), budidaya moluska (kerang‐kerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput laut,budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, budidaya air tawar terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan mina padi di sawah, serta bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang, industri bahan pangan.
Di samping itu terdapat potensi pengembangan untuk perikanan tangkap di perairan umum seluas 54 juta ha dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun, budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia), budidaya moluska (kerang‐kerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput laut,budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, budidaya air tawar terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan mina padi di sawah, serta bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang, industri bahan pangan.
Potensi perikanan laut
sesungguhnya merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Namun asset ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Potensi
perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut, dan industri
bioteknologi kelautan. Potensi perikanan laut sebagai berikut :
· Potensi
Perikanan Tangkap
Potensi perikanan
tangkap diperkirakan mencapai 6,26 juta ton per tahun dengan jumlah tangkapan
yang diperbolehkan sebesar 5.007 juta ton atau 80% dari MSY (Maximum
Sustainable Yield). Hingga saat ini jumlah tangkapan mencapai 3,5 juta ton
sehingga tersisa peluang sebesar 1,5 ton/tahun. Seluruh potensi perikanan
tangkap tersebut diperkirakan memiliki nilai ekonomi sebesar US$15.1 milyar.
· Potensi Budidaya
Laut
Potensi budidaya laut
terdiri dari total potensi budidaya ikan, udang, moluska dan budidaya rumput
laut. Potensi budidaya laut diperkirakan sebesar 46,73 juta ton per tahun.
· Potensi
bioteknologi Kelautan
Potensi bioteknologi
kelautan juga masih besar untuk mengembangkan industri bioteknologi kelautan
seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih
ikan dan udang, industri bahan pangan. Nilai ekonomi dari potensi bioteknologi
kelautan tersebut diperkirakan mencapai US$ 40 milyar.
Untuk
mencapai tujuan awal yaitu Meningkatkan Potensi Sumberdaya laut Perairan
Indonesia. Kita harus bisa memperbaiki beberapa hal dasar terlebih dahulu,
seperti :
1.
laju
penangkapan sumber daya (stok) ikan tidak melebihi potensi produksi lestari. Yang dimaksud dengan
potensi lestari adalah potensi penangkapan ikan yang masih memungkinkan bagi
ikan untuk melakukan regenerasi hingga jumlah ikan yang ditangkap tidak
mengurangi populasi ikan. Berdasarkan aturan internasional, jumlah tangkapan
yang diperbolehkan adalah 80% dari potensi lestari tersebut atau sekitar 5,12
juta ton per tahun. Kenyataannya, jumlah hasil tangkapan ikan di Indonesia
belum mencapai angka tersebut. Ini berarti masih ada peluang untuk meningkatkan
jumlah tangkapan yang diperbolehkan.
2.
Persoalannya
distribusi nelayan dan kapal ikan tidak merata, Lebih dari 90 persep armada
kapal ikan Indonesia terkonsentrasi di perairan pesisir dan laut dangkal
seperti Selat Malaka, pantura, Selat Bali, dan pesisir selatan Sulawesi. Di
situ pula sebagian besar telah mengalami kelebihan tangkap. Jika laju
penangkapan ikan seperti sekarang berlanjut, tangkapan per kapal akan menurun,
nelayan semakin miskin, dan sumber daya ikan pun punah seperti ikan terubuk di
Selat Malaka dan ikan terbang di pesisir selatan Sulawesi.
Sebaliknya jumlah kapal ikan Indonesia yang beroperasi di laut lepas, laut dalam, dan wilayah perbatasan seperti Laut Natuna, Laut China Selatan, Laut Sulawesi, Laut Seram, Laut Banda, Samudra Pasifik, Laut Arafura, dan Samudra Hindia bisa dihitung dengan jari. Di sinilah kapal-kapal ikan asing merajalela dan merugikan negara minimal Rp 30 triliun per tahun. Maka laju penangkapan ikan di perairan yang telah kelebihan tangkap hams dikurangi dan secara bersamaan memperbanyak armada kapal ikan modern untuk beroperasi di wilayah perairan yang masih underfishing atau yang selama ini dijarah nelayan asing. Semua ini akan membantu pengembangan ekonomi daerah berbasis perikanan tangkap.
Sebaliknya jumlah kapal ikan Indonesia yang beroperasi di laut lepas, laut dalam, dan wilayah perbatasan seperti Laut Natuna, Laut China Selatan, Laut Sulawesi, Laut Seram, Laut Banda, Samudra Pasifik, Laut Arafura, dan Samudra Hindia bisa dihitung dengan jari. Di sinilah kapal-kapal ikan asing merajalela dan merugikan negara minimal Rp 30 triliun per tahun. Maka laju penangkapan ikan di perairan yang telah kelebihan tangkap hams dikurangi dan secara bersamaan memperbanyak armada kapal ikan modern untuk beroperasi di wilayah perairan yang masih underfishing atau yang selama ini dijarah nelayan asing. Semua ini akan membantu pengembangan ekonomi daerah berbasis perikanan tangkap.
3.
Komitmen Pemerintah
Komitmen dan kelancaran dukungan
pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, terhadap suatu
pembangunan merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan.
4.
Sarana dan Prasarana
Keterbatasan sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk menunjang pembangunan merupakan salah satu faktor rendahnya
tingkat pertumbuhan ekonomi (khususnya untuk daerah Indonesia bagian Timur).
Pengembangan infrastruktur secara lengkap akan memacu perkembangan pembangunan
kelautan yang merupakan salah satu pintu keberhasilanan pembangunan.
Keterbatasan peralatan dan sarana fisik kelautan mengurangi keefektifan
kegiatan eksplorasi dan penelitian kelautan.
5.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Peran IPTEK dalam usaha memanfaatkan
potensi sumberdaya kelautan secara efisien dan berkelanjutan sangat jauh
tertinggal. Dengan luasnya wilayah laut Indonesia serta keberadaan sumberdaya
alam, baik di laut, di dasar laut mengharuskan kita memanfaatkan keunggulan
IPTEK. Sistem pemantau maupun pemetaan sumberdaya alam di laut tidak dapat lagi
menggunakan teknologi konvensional.
6.
Kondisi Geografis
Perairan Indonesia yang luas dan terletak pada
posisi silang antara dua samudera, yaitu samudera Hindia dan Samudera Pasifik,
dan antara dua benua yaitu Benua Australia dan Asia merupakan wilayah yang
rawan dalam segi HANKAMNAS dan berpotensi menimbulkan benturan
kepentingan.Kondisi geografi dengan banyak pulau bertebaran diseluruh perairan
Indonesia membutuhkan sarana perhubungan laut. Perhubungan laut ini diperlukan
untuk mendukung perkembangan ekonomi, sehingga memegang peranan yang sangat
penting yang hingga kini dirasakan masih merupakan kendala tersendiri.
Dengan memperbaiki hal – hal yang telah disebutkan. Kita
akan mampu meningkatkan Sumberdaya laut Indonesia, dan mengurangi adanya
praktik pencurian ikan atau illegal
fishing. Selain itu kita juga bisa meningkatankan kesejahteraan seluruh
masyarakat Indonesia, terutama pelaku utama dalam pemanfaatan sumberdaya hayati
laut yaitu nelayan.
Semoga, setelah saya lulus dari Universitas, saya bisa
melanjutkan study magister dan bekerja di Kementrian Perikanan dan Kelautan.
Agar saya bisa merelasikan perbaikan – perbaikan untuk meningkatkan Potensi
Sumberdaya Laut Indonesia.
Komentar
Posting Komentar