Tugas Essay
Nama: Tias Nilawati
Nim : L1B016086
Fakultas : FKIP
Prodi : Budidaya Perairan
|
Meningkatkan Pemanfaatan
Potensi Sumberdaya Laut Perairan Indonesia.
Seperti yang
kita ketahui, potensi sumberdaya laut Indonesia sangat melimpah. Namun
demikian, potensi tersebut belum mampu memberikan kesejahteraan yang memadai
bagi seluruh masyarakat Indonesia terutama para nelayan sebagai pelaku utama
dalam pemanfaatan sumberday hayati laut. Dalam konteks pemanfaatan untuk tujuan
pembangunan nasional terdapat tiga wilayah perairan laut di Indonesia yang
belum dimanfaatkan secara baik, yaitu perairan ZEEI, Perairan Kawasan Timur
Indonesia dan Wilayah perbatasan.
Berbeda dengan
Kawasan Barat Indonesia (KBI), Kawasan Timur Indonesia (KTI) didominasi oleh
laut.
Menurut saya, dari
sudut potensi perikanan Kawasan Barat Indonesia (KBI), kecuali laut Cina
Selatan, telah mengalami eksploitasi penuh seperti yang telah terjadi di Selat
Malaka dan laut Jawa, sedangkan di perairan Kawasan Timur Indonesia (KTI),
umumnya masih underexploited. Potensi lestari
sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang
tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan ZEEI (Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia), yang terbagi dalam sembilan wilayah
perairan utama Indonesia. Dari seluruh potensi sumberdaya ikan tersebut, jumlah
tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 5,12 juta ton per tahun atau sekitar
80 persen dari potensi lestari, dan sudah dimanfaatkan sebesar 4,7 juta ton
pada tahun 2004 atau 91.8% dari JTB. Sedangkan dari sisi diversivitas, dari
sekitar 28.400 jenis ikan yang ada di dunia, yang ditemukan di perairan
Indonesia lebih dari 25.000 jenis.
Di samping itu terdapat potensi pengembangan untuk perikanan tangkap di perairan umum seluas 54 juta ha dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun, budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia), budidaya moluska (kerang‐kerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput laut,budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, budidaya air tawar terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan mina padi di sawah, serta bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang, industri bahan pangan.
Di samping itu terdapat potensi pengembangan untuk perikanan tangkap di perairan umum seluas 54 juta ha dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun, budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia), budidaya moluska (kerang‐kerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput laut,budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, budidaya air tawar terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan mina padi di sawah, serta bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang, industri bahan pangan.
Potensi perikanan laut sesungguhnya
merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun
asset ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Potensi perikanan laut meliputi
perikanan tangkap, budidaya laut, dan industri bioteknologi
kelautan. Potensi perikanan laut sebagai berikut :
· Potensi Perikanan Tangkap
Potensi perikanan tangkap diperkirakan
mencapai 6,26 juta ton per tahun dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan
sebesar 5.007 juta ton atau 80% dari MSY (Maximum Sustainable Yield). Hingga
saat ini jumlah tangkapan mencapai 3,5 juta ton sehingga tersisa peluang
sebesar 1,5 ton/tahun. Seluruh potensi perikanan tangkap tersebut diperkirakan
memiliki nilai ekonomi sebesar US$15.1 milyar.
· Potensi Budidaya Laut
Potensi budidaya laut terdiri dari total
potensi budidaya ikan, udang, moluska dan budidaya rumput laut. Potensi
budidaya laut diperkirakan sebesar 46,73 juta ton per tahun.
· Potensi bioteknologi Kelautan
Potensi bioteknologi kelautan juga masih
besar untuk mengembangkan industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan
baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang, industri
bahan pangan. Nilai ekonomi dari potensi bioteknologi kelautan tersebut
diperkirakan mencapai US$ 40 milyar.
Untuk mencapai
tujuan awal yaitu Meningkatkan Potensi Sumberdaya laut Perairan Indonesia. Kita
harus bisa memperbaiki beberapa hal dasar terlebih dahulu, seperti :
1. laju penangkapan sumber daya (stok) ikan tidak melebihi
potensi produksi lestari. Yang dimaksud
dengan potensi lestari adalah potensi penangkapan ikan yang masih memungkinkan
bagi ikan untuk melakukan regenerasi hingga jumlah ikan yang ditangkap tidak
mengurangi populasi ikan. Berdasarkan aturan internasional, jumlah tangkapan
yang diperbolehkan adalah 80% dari potensi lestari tersebut atau sekitar 5,12
juta ton per tahun. Kenyataannya, jumlah hasil tangkapan ikan di Indonesia
belum mencapai angka tersebut. Ini berarti masih ada peluang untuk meningkatkan
jumlah tangkapan yang diperbolehkan.
2. Persoalannya distribusi nelayan dan kapal ikan tidak merata,
Lebih dari 90 persep armada kapal ikan Indonesia terkonsentrasi di perairan
pesisir dan laut dangkal seperti Selat Malaka, pantura, Selat Bali, dan pesisir
selatan Sulawesi. Di situ pula sebagian besar telah mengalami kelebihan
tangkap. Jika laju penangkapan ikan seperti sekarang berlanjut, tangkapan per
kapal akan menurun, nelayan semakin miskin, dan sumber daya ikan pun punah
seperti ikan terubuk di Selat Malaka dan ikan terbang di pesisir selatan
Sulawesi.
Sebaliknya jumlah kapal ikan Indonesia yang beroperasi di laut lepas, laut dalam, dan wilayah perbatasan seperti Laut Natuna, Laut China Selatan, Laut Sulawesi, Laut Seram, Laut Banda, Samudra Pasifik, Laut Arafura, dan Samudra Hindia bisa dihitung dengan jari. Di sinilah kapal-kapal ikan asing merajalela dan merugikan negara minimal Rp 30 triliun per tahun. Maka laju penangkapan ikan di perairan yang telah kelebihan tangkap hams dikurangi dan secara bersamaan memperbanyak armada kapal ikan modern untuk beroperasi di wilayah perairan yang masih underfishing atau yang selama ini dijarah nelayan asing. Semua ini akan membantu pengembangan ekonomi daerah berbasis perikanan tangkap.
Sebaliknya jumlah kapal ikan Indonesia yang beroperasi di laut lepas, laut dalam, dan wilayah perbatasan seperti Laut Natuna, Laut China Selatan, Laut Sulawesi, Laut Seram, Laut Banda, Samudra Pasifik, Laut Arafura, dan Samudra Hindia bisa dihitung dengan jari. Di sinilah kapal-kapal ikan asing merajalela dan merugikan negara minimal Rp 30 triliun per tahun. Maka laju penangkapan ikan di perairan yang telah kelebihan tangkap hams dikurangi dan secara bersamaan memperbanyak armada kapal ikan modern untuk beroperasi di wilayah perairan yang masih underfishing atau yang selama ini dijarah nelayan asing. Semua ini akan membantu pengembangan ekonomi daerah berbasis perikanan tangkap.
3. Komitmen
Pemerintah
Komitmen
dan kelancaran dukungan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah, terhadap suatu pembangunan merupakan faktor kunci keberhasilan
pembangunan.
4. Sarana dan
Prasarana
Keterbatasan
sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pembangunan merupakan
salah satu faktor rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi (khususnya untuk daerah
Indonesia bagian Timur). Pengembangan infrastruktur secara lengkap akan memacu
perkembangan pembangunan kelautan yang merupakan salah satu pintu keberhasilanan
pembangunan. Keterbatasan peralatan dan sarana fisik kelautan mengurangi
keefektifan kegiatan eksplorasi dan penelitian kelautan.
5. Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK)
Peran
IPTEK dalam usaha memanfaatkan potensi sumberdaya kelautan secara efisien dan berkelanjutan
sangat jauh tertinggal. Dengan luasnya wilayah laut Indonesia serta keberadaan
sumberdaya alam, baik di laut, di dasar laut mengharuskan kita memanfaatkan
keunggulan IPTEK. Sistem pemantau maupun pemetaan sumberdaya alam di laut tidak
dapat lagi menggunakan teknologi konvensional.
6.
Kondisi
Geografis
Perairan
Indonesia yang luas dan terletak pada posisi silang antara dua samudera, yaitu
samudera Hindia dan Samudera Pasifik, dan antara dua benua yaitu Benua
Australia dan Asia merupakan wilayah yang rawan dalam segi HANKAMNAS dan
berpotensi menimbulkan benturan kepentingan.Kondisi geografi dengan banyak
pulau bertebaran diseluruh perairan Indonesia membutuhkan sarana perhubungan
laut. Perhubungan laut ini diperlukan untuk mendukung perkembangan ekonomi,
sehingga memegang peranan yang sangat penting yang hingga kini dirasakan masih
merupakan kendala tersendiri.
Dengan
memperbaiki hal – hal yang telah disebutkan. Kita akan mampu meningkatkan Sumberdaya
laut Indonesia, dan mengurangi adanya praktik pencurian ikan atau illegal fishing. Selain itu kita juga
bisa meningkatankan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia, terutama pelaku
utama dalam pemanfaatan sumberdaya hayati laut yaitu nelayan.
Semoga,
setelah saya lulus dari Universitas, saya bisa melanjutkan study magister dan
bekerja di Kementrian Perikanan dan Kelautan. Agar saya bisa merelasikan
perbaikan – perbaikan untuk meningkatkan Potensi Sumberdaya Laut Indonesia.
Komentar
Posting Komentar